Oleh: Dillani Putri Ramadhaningtyas##

Researcher in Analytical Chemistry, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)


SEBAGAI negara penyumbang sampah laut kedua terbesar di dunia, Indonesia memiliki tantangan serius untuk menangani persoalan pencemaran mikroplastik.

Mikroplastik adalah jenis sampah plastik yang memiliki ukuran di bawah 5 mm. Ukuran yang kecil menjadikan mikroplastik mudah bermigrasi dan terakumulasi menumpuk pada berbagai spesies biota laut.

Jika terpapar dalam tubuh manusia, maka mikroplastik berisiko menyebabkan gangguan metabolisme, inflamasi, penyumbatan saluran pencernaan hingga penurunan fungsi imun.

Penelitian saya bersama tim menemukan bahwa lima dari sembilan ikan tongkol yang ditangkap di perairan laut selatan Jawa turut terpapar mikroplastik dengan kandungan yang mengkhawatirkan.

Temuan ini mesti menjadi perhatian serius bagi publik. Sebab, ikan tongkol (Euthynnus affinis) merupakan jenis ikan laut yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Ikan ini banyak ditemukan pada daerah perairan dangkal bersuhu hangat di kawasan Indo-Pasifik Barat termasuk Samudera Hindia yang berbatasan langsung dengan pantai selatan Jawa.

Beragam bentuk dan ukuran pencemar

Kami mengambil sampel ikan tongkol dari lima titik daerah penangkapan yang terletak disekitar Pantai Pangandaran (Pangandaran), Pantai Pelabuhan Ratu (Sukabumi), Pantai Pamayang Sari (Tasikmalaya), Pantai Ciletuh (Sukabumi), dan Pantai Santolo (Garut). Semuanya berlokasi di Jawa Barat.

Kelima tempat tersebut menjadi pilihan karena laut selatan Jawa merupakan tempat bertemunya arus laut dari beberapa cabang yang memiliki ombak besar nan kaya akan klorofil. Karakteristik pesisir pantai selatan yang unik juga menjadi tempat yang ideal untuk penangkapan ikan sekaligus tempat wisata.

Pengamatan kami lakukan melalui mikroskop dengan perbesaran hingga 20 kali. Proses identifikasi mikroplastik juga dilakukan secara kimiawi menggunakan analisis kimia, yakni teknik pemisahan kromatografi gas.

Hasilnya, ada 19 spesimen mikroplastik dengan berbagai bentuk dan ukuran dalam sampel ikan tongkol. Sebagian besar mikroplastik yang teridentifikasi berbentuk filamen (84%) dan sisanya berbentuk angular/tak beraturan (11%) dan lingkaran (5%).

Bentuk filamen yang banyak ditemukan mirip seperti helaian benang lurus dengan panjang antara 0,25 sampai 1 mm, dan diameter mencapai 1 mm. berdasarkan distribusi ukurannya, mikroplastik yang teridentifikasi memiliki ukuran bermacam-macam mulai dari lebih kecil dari 0,25 mm hingga 1 mm.

Dari mana sumbernya?

Berdasarkan pengamatan kami, daerah-daerah di pesisir selatan Jawa belum memiliki tempat pengolahan, pemilahan, dan pemusnahan sampah mandiri.

Pengumpulan sampah masih dilakukan secara manual, lalu dikirimkan ke tempat pembuangan akhir. Aktivitas ini pun masih belum optimal karena keterbatasan sumber daya manusia.

Misalnya, jumlah sampah plastik di Pantai Pangandaran tercatat sekitar 5.058,90 ton/tahun atau sekitar 69,3 m3/hari. Ada kemungkinan salah satu sumber kontaminasi mikroplastik berasal dari tempat ini.

Dugaan sumber lainnya adalah sampah-sampah dari beberapa sungai besar yang terdapat di daerah Jawa seperti Sungai Bengawan Solo, Brantas, Serayu dan Progo, yang terbawa arus laut. Masing-masing sungai ditaksir menyumbang sampah plastik antara 12 ribu - 40 ribu ton per tahun.

Pemerintah harus lebih cepat dan serius dalam menangani persoalan pencemaran sampah. Pemantauan paparan mikroplastik di laut mesti dilakukan secara berkala untuk mengetahui tingkat risikonya terhadap spesies laut dan manusia.

Masyarakat di sekitar pesisir pantai juga harus lebih menyadari bahwa menjaga kebersihan lingkungan dari sampah – terutama plastik – sangat penting untuk kondisi kesehatan mereka sendiri.

Sebab, di daerah dengan tingkat kontaminasi mikroplastik yang tinggi, satu penduduk dapat terpapar mikroplastik hingga 39.000 hingga 52.000 partikel per tahun.

Jika terus menumpuk, partikel tersebut dapat menyebabkan peradangan pada sistem pencernaan manusia, serta mengubah komposisi serta metabolisme mikroba dalam usus. **

## Penulis adalah alumnus program RisetPRO bekerja sama dengan The Conversation Indonesia

# Tulisan telah pernah tayang di theconversation.com, Dec, 15, 2021


 
Top