KUALALUMPUR -- Malaysia kekurangan jutaan pekerja yang membuat Negeri Serumpun Indonesia jatuh ke krisis tenaga kerja migran. Dampaknya, industri Malaysia dari perkebunan kelapa sawit hingga semikonduktor terpaksa kehilangan miliaran penjualan.

"Meskipun optimisme yang lebih besar dalam prospek dan peningkatan penjualan, beberapa perusahaan sangat terhambat dalam kemampuan mereka untuk memenuhi pesanan," kata Presiden Federasi Produsen Malaysia, Soh Thian Lai, yang mewakili lebih dari 3.500 perusahaan.

"Situasinya mengerikan dan sangat mirip dengan permainan sepak bola melawan 11 orang tetapi hanya diizinkan untuk memasukkan tujuh orang," tambahnya.

Mengutip Reuters, produsen mengatakan Malaysia kekurangan 1,2 juta pekerja. Sebanyak 500.000 untuk konstruksi, 12.000 untuk kelapa sawit, 15.000 untuk chip, dan 12,000 untuk sarung tenaga medis.

Indonesia sendiri menjadi salah satu penyumbang tenaga kerja migran di Malaysia. Kontribusinya berkisar 40% dari seluruh pekerja migran yang datang ke Negeri Jiran.

Krisis tenaga kerja asing di Malaysia dimulai saat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) menjangkit di Malaysia. Para pekerja dari migran kembali ke negara asalnya masing-masing, termasuk yang berasal dari Indonesia.

Pintu masuk Malaysia pun ditutup sehingga para pekerja tidak bisa datang ke Malaysia. Akibatnya terjadi kekurangan pekerja. Selain itu, terjadi degradasi penempatan tenaga kerja dari Indonesia ke Malaysia yang signifikan.

Menurut data Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), jumlah penempatan tenaga kerja migran ke Malaysia tercatat 14.742 orang pada 2020. Angka tersebut turun 88% dari tahun sebelumnya sebesar 79.659 orang.

Tahun berikutnya angka penempatan pekerja migran ke Malaysia kian susut. Jumlahnya hanya 563 orang sepanjang tahun 2021.

Kemudian, hingga April 2022 jumlah tenaga kerja migran yang ditempatkan ke Malaysia tercatat 131 orang. Di mana jumlah tenaga kerja migran ke Malaysia per bulan sebesar 23 orang (Januari), 29 orang (Februari), 33 orang (Maret), dan 46 orang (April).

Dampak dari Covid-19 terkait tenaga kerja migran tampaknya besar dirasakan oleh Malaysia. Bahkan meskipun pandemi mulai terkendali, hanya sedikit pekerja yang kembali ke Malaysia. Ini disebut akibat lambatnya negosiasi dengan sejumlah negara asal pekerja migran termasuk Indonesia dan Bangladesh, terutama soal perlindungan pekerja.

#ras/bin




 
Top