SUKU Tanjung merupakan subsuku dari Suku Minangkabau yang tergolong banyak perkembangan populasinya di Sumatera Barat. Suku ini tersebar hampir di seluruh wilayah Minangkabau dan perantauannya.
Suku Tanjung berasal dari keturunan langsung Datuk Perpatih Nan Sebatang dan merupakan salah satu suku (klan) dalam rumpun Lareh Koto Piliang yang diazazkan oleh Datuk Ketumanggungan pada era Pariangan.
Berdasarkan sumber dari masyarakat yang memiliki relasi dengan suku ini, penamaan 'Tanjuang' berasal dari kata "Sutan Baanjuang" (dibaca: Su-tan Ba-an-juang). Selain itu Tanjung juga berarti pohon Tanjung, yang mana merupakan pohon suci di zaman Hindu-Budha.
Secara karakteristik, orang-orang bersuku Tanjung, baik laki-laki maupun perempuan-nya identik dengan sikap tegas atau "tidak neko-neko", pemberani atau siap berada di garis terdepan untuk menegakkan kebenaran, serta berkharisma atau memiliki kewibawaan tersendiri. Tidaklah heran jika banyak di antaranya yang bercokol pada pucuk-pucuk kepemimpinan lembaga, mulai level pemerintahan, kemasyarakatan hingga kepemudaan.
Menurut tambo adat Minangkabau, Suku Tanjung berasal dari Luhak Nan Tigo (Minangkabau daratan) dan merupakan salah satu suku yang terbesar di Minangkabau.
Namun ada pula sumber lain yang mengatakan bahwa suku ini awalnya adalah orang-orang yang dulunya hidup sebagai nelayan di ujung-ujung daratan yang menjorok ke laut, yang disebut tanjung. Jadi mereka ini sebenarnya orang pesisir atau orang pinggiran laut, bukan orang pedalaman. Awalnya kehidupan mereka sangat tergantung pada laut.
Sama dengan suku-suku lain di Minangkabau, suku Tanjung adalah penganut sistem kekerabatan matrilineal yang merupakan salah satu aspek utama dalam mendefinisikan identitas masyarakat Minang.
Adat dan budaya mereka menempatkan pihak perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka dan kekerabatan. Garis keturunan dirujuk kepada ibu yang dikenal dengan samande (se-ibu), sedangkan ayah mereka disebut oleh masyarakat dengan nama "sumando" (ipar) dan diperlakukan sebagai tamu dalam keluarga.
Salah satu ciri matrilineal Minangkabau adalah garis keturunan yang ditarik berdasarkan garis ibu, yang secara lebih luas kemudian membentuk kelompok kaum (lineages) dan suku (clans), dan penguasaan harta pusaka ada di tangan kaum ibu yang dipimpin oleh seorang wanita senior yang disebut bundo kanduang.
Suku Tanjung terdapat hampir di seluruh wilayah Minangkabau seperti: Tanah Datar, Agam, Kota Solok, Kabupaten Solok, Pasaman, Pauh IX (di Padang), Padang Pariaman, Lima Puluh Koto, Bayang dan Tarusan (di Pesisir Selatan), serta di beberapa nagari lain di Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Utara.
Suku ini juga menyebar ke berbagai wilayah rantau dan pesisir. Berdasarkan ruang geografis etnisitas yang disusun oleh Collet (1925), Cunningham (1958), Reid (1979) dan Sibeth (1991), di pesisir barat Sumatera Utara terdapat kelompok masyarakat yang bukan merupakan bagian dari etnis Batak. Kelompok ini merupakan para perantau dari Minangkabau yang telah bermigrasi ke pesisir barat Tapanuli sejak berabad-abad lalu.
Orang-orang yang bersuku Tanjung di pesisir barat Sumatera seperti dari Barus, Sibolga, Sorkam, Natal, Air Bangis, Tiku, Pariaman, Padang, Pesisir Selatan, Bengkulu hingga Kepulauan Pulau Nias menggunakan nama suku di belakang namanya.
Penambahan nama suku di belakang namanya bertujuan untuk menunjukkan identitas diri di tengah masyarakat pesisir pantai yang majemuk.
Di pesisir barat Sumatera Utara yang tidak lagi mengikuti adat matrilineal, penambahan suku di belakang nama ini sebagian besar sudah mengikuti garis keturunan ayah atau patrilineal yang dikenal dengan sebutan Marga Tanjung. Namun,beberapa kebudayaan mereka masih dipengaruhi budaya Minangkabau seperti adat sumando
Suku ini mengalami pemekaran menjadi beberapa pecahan suku yaitu:
Tanjung Pisang (Tanjuang Sipisang)
Tanjung Simabua
Tanjung Perak
Tanjung Kaciak (Tanjuang Ketek)
Tanjung Sikumbang
Tanjung Koto
Tanjung Gadang
Tanjung Payobada
Tanjung Sumpadang (Tanjuang Supadang)
Tanjung Batingkah
Panai Tanjung
Tanjung Caniago
Pemekaran
Suku Tanjung mengalami pemekaran menjadi beberapa pecahan suku yaitu:
Tanjung Pisang (Tanjung Sipisang)
Tanjung Simabua
Tanjung Perak
Tanjung Kaciak (Tanjung Ketek)
Tanjung Sikumbang
Tanjung Koto
Tanjung Gadang
Tanjung Payobada
Tanjung Sumpadang (Tanjung Supadang)
Tanjung Batingkah
Panai Tanjung
Sekutu
Suku Tanjung termasuk ke dalam Lareh Koto Piliang. Sekutu suku Tanjung adalah:
Suku Guci (sebagian ada yang mengatakan dekat ke Suku Melayu misalnya di Pauh, Padang)
Suku Sikumbang
Suku Koto
Suku Piliang
Suku Sipisang
Gelar Datuk
Gelar datuk bagi suku Tanjung :
Datuk Tan Dilangit
Datuk Talangik
Datuk Rajo Intan
Datuk Rajo Ameh
Datuk Rajo Indo
Datuk Gamuak
Datuk Rajo Bandaro Basa
Datuk Kayo
#red