JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyerahkan Anugerah 1 Abad NU kepada para mantan ketua umum sebagai tokoh dengan kategori pejuang NU.

Para tokoh yang pernah mengemban amanah sebagai ketua umum PBNU dari masa ke masa menerima penghargaan tersebut, mulai Kiyai Haji (KH) Hasan Gipo hingga KH Said Aqil Siroj.

"Sungguh sangat membahagiakan bagi saya, ketika saya mendapatkan kehormatan menerima piagam penghargaan sebagai salah satu mantan ketua umum Tanfidziyah PBNU periode 2010-2021," kata Said Aqil Siroj dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (1/2/2023).

Secara simbolis, Said Aqil sebagai salah satu tokoh yang pernah mengemban amanah sebagai ketua umum PBNU diminta naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan yang diserahkan secara langsung oleh Mustasyar PBNU sekaligus Dewan Juri Anugerah 1 Abad NU KH Ahmad Mustofa Bisri.

Dari atas panggung Said Aqil menyampaikan rasa haru dan bahagia karena menerima anugerah dalam rangka peringatan Harlah 1 Abad NU itu.

Dalam kesempatan itu, Said juga menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh panitia peringatan Harlah 1 Abad NU. Dia juga mendoakan agar NU lebih maju dan sukses.

"Kuncinya solid dan satu barisan dalam menghadapi tantangan," kata tokoh NU kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 3 Juli 1953 itu.

Di masa mendatang, lanjutnya, tantangan yang dihadapi NU akan jauh lebih berat. Namun, jika semua pihak solid dan bisa menyatukan barisan, maka tantangan itu pasti bisa dihadapi.

"Insya Allah kalau kita solid, satu barisan, semua tantangan besar akan menjadi kecil," tambahnya.

Ia juga yakin di bawah kepemimpinan Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat ini, NU akan lebih banyak mendapatkan keberkahan.

"Dengan himmah dan adzimah (kemauan yang kuat), insya Allah Kiai Miftah dan Gus Yahya akan mampu membawa NU lebih barakah, lebih baik, lebih sukses dari masa-masa yang lalu," harapnya.

Selain Said Aqil Siroj, nama-nama lain penerima Anugerah NU ialah K.H. Hasan Gipo (Ketua Umum PBNU 1926-1929), K.H. Achmad Noor (Ketua Umum PBNU 1929-1937), K.H. Machfudz Siddiq (Ketua Umum PBNU 1937-1946, K.H. Nahrawi Thohir (Ketua Umum PBNU 1946-1951), K.H. Abdul Wahid Hasyim (Ketua Umum PBNU 1951-1954) dan K.H. Muhammad Dahlan (Ketua Umum PBNU 1954-1956).

Selanjutnya, K.H. Idham Cholid (Ketua Umum PBNU 1956-1984), K.H. Abdurrahman Wahid (Ketua Umum PBNU 1984-1999), serta terakhir K.H. Hasyim Muzadi (Ketua Umum PBNU 1999-2010).

Ketua umum merupakan jabatan tertinggi di jajaran Tanfidziyah PBNU. Dalam ensiklopedia NU, disebutkan bahwa ketua umum bertugas melaksanakan seluruh kebijakan dan program yang telah digariskan jajaran syuriyah PBNU.

#eko





 
Top