EKOSISTEM hilirisasi sawit terus dibangun pemerintah agar para petani sawit juga menikmati nilai tambah dari komoditi sawit yang mereka tanam. Jadi tak semata menjual tandan buah segar, sementara masih ada sederet lagi varian olahan sawit yang tak kalah potensial dalam mengangkat ekonomi kerakyatan.

Salah satunya varian olahan sawit adalah minyak makan merah atau disingkat M3 yang pabrik pengolahannya sudah dibangun dan segera beroperasi di Sumatera Utara sebagai proyek percontohan.

Minyak makan merah atau disebut juga sebagai refined palm oil (RPO) merupakan produk dari minyak sawit mentah (crude palm oil atau CPO) yang setelah proses penyulingan tidak melanjutkan proses-proses selanjutnya. Minyak ini memiliki warna terang mencolok dan aroma yang kuat.

Warna mencolok dari minyak makan merah berasal dari kelapa sawit yang memang berwarna merah tua. Sebab selama proses produksi, minyak makan merah tidak melalui proses penyulingan atau bleaching seperti minyak goreng sawit biasa.

Kandungan Minyak Makan Merah

Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), sebagaimana dikutip laman Kementerian Pertanian, minyak makan merah masih mempertahankan kandungan senyawa fitonutrien. Kandungan tersebut, meliputi karoten sebagai sumber vitamin A, tokoferol dan tokotrienol sebagai vitamin E, dan squalene. Untuk itu, minyak makan merah berpotensi digunakan sebagai pangan fungsional, salah satunya sebagai salah satu bahan pangan yang anti-stunting.

Asam oleat dan asam linoleat yang dikandungnya berfungsi untuk pembentukan dan perkembangan otak, transportasi dan metabolisme pada anak. Minyak makan merah juga sesuai digunakan untuk menumis bahan pangan, salad dressing, bahan baku margarine dan shortening, dan sebagainya.

Ditinjau Menteri BUMN

Kini, tiga pabrik minyak makan merah yang akan dikelola petani sudah dibangun dan segera beroperasi di Sumatera Utara. Tiga pabrik tersebut sebagai proyek percontohan.

”Kami ingin membuat terobosan. Setiap 1.000 hektar kebun sawit, petani harus punya satu pabrik minyak makan merah sendiri. Ekonomi kerakyatan harus menjadi bagian penting dalam pembangunan ekonomi nasional,” kata Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir saat meresmikan pabrik minyak makan merah di PTPN Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (6/1/2023) kemarin.

Nantinya, lanjut Erick, pendanaan untuk pembangunan pabrik itu berasal dari kolaborasi kementerian koperasi dan pengusaha besar.

Menurutnya, dengan keberadaan pabrik minyak makan merah ini, maka ke depan tidak boleh terjadi lagi kelangkaan minyak goreng.

"Karena itu sekarang kita uji coba di tiga lokasi 1.000 hektare, satu pabrik bersama koperasi dan BUMN. Saya sudah minta BUMN harus pastikan harus ada pendampingan. Dengan pendampingan InsyaAllah pabrik akan terarah," ucapnya.

Menurut Erick, keberadaan pabrik minyak makan merah ini dibuat agar BUMN bisa mengintervensi perekonomian khususnya dalam kelangkaan minyak goreng.

"Dengan ini kita tetap melibatkan ekonomi rakyat yakni petani. Jangan petani dijadikan posisinya sebagai objek. Kalau kampanye selalu bilang petani. Udah jadi malah lupa. Ini yang kita mau keberlanjutannya," ujarnya.

Erick ingin memberikan kepercayaan kepada rakyat agar bisa mengelola sumber daya alamnya.

"Untuk itulah terobosan per 1.000 hektare ada pabrik minyak makan merah ini lahir. Lalu pendanaannya berkolaborasi dari kementerian koperasi dan pengusaha-pengusaha besar. Keuntungannya diambil untuk mendorong ekonomi rakyat. Kami dari BUMN bantu KUR dan bantu juga modal kerjanya," sebutnya.

Dalam kesempatan itu, Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagub Sumut) Musa Rajekshah mengharapkan agar pabrik yang sama bisa dibuat juga di beberapa daerah lainnya di Sumut mengingat perkebunan di Sumut cukup banyak.

"Tadi saya sempat berbincang bahwa ternyata harga minyak makan merah ini lebih murah. Beda sekitar Rp2.000 dengan harga minyak curah pada umumnya. Dan ini lebih sehat juga," ujarnya.

Pemerintah Provinsi Sumut, katanya berterima kasih dengan pemerintah pusat khususnya Kementerian BUMN yang sudah meresmikan pabrik minyak makan merah ini pertama di Sumut.

"Kebetulan ini di Deli Serdang pula. Jadi masyarakat kita yang menikmati pertama dan semoga bisa membantu masyarakat kita serta tidak ada lagi kelangkaan minyak makan," harapnya.

Direktur PTPN 2 Irwan Perangin-angin menambahkan bahwa pabrik minyak makan merah ini ditargetkan selesai pada akhir Februari 2023 nantinya.

"Minyak makan merah ini mengandung lebih tinggi fitonutrien dalam bentuk vitamin E dan karoten. Selain itu juga komposisi asam lemak jenuh lebih rendah dibandingkan virgin palm oil (VPO). Dan ini juga menghindarkan generasi kita stunting," sebutnya.

Amankah M3?

Hadirnya minyak makan merah (M3) sebagai alternatif dari minyak goreng kelapa sawit membuat beberapa kalangan masyarakat menanyakan mengenai keamanan dari minyak ini.

Menanggapi hal itu, Direktur Utama Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), Tungkot Sipayung mengatakan minyak makan merah yang akan dipasarkan ini terjamin keamanannya.

Tungkot menuturkan, pengolahan minyak makan merah menggunakan teknologi yang dikembangkan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), yang mana adalah salah satu yang terbaik di dunia.

"Jangan ragukan lagi kalau mereka yang melakukan pendampingan dan pengujian, itu pasti dapat diyakini, sebab tidak ada yang lebih baik lagi di dunia," ujarnya dalam Special Dialogue 'Menakar Urgensi Minyak Makan Merah', Oktober tahun lalu.

Bahkan Tungkot mengungkapkan bahwa minyak makan merah sejatinya mengembalikan proses pengolahan minyak sawit sesuai alamiahnya. Dengan kembali sesuai alamiah, Tungkot meyakini tentunya minyak makan merah akan lebih terjamin kualitasnya.

Untuk itu, masyarakat diimbau untuk tidak khawatir terlepas dari warna minyak makan merah yang tidak seperti minyak pada umumnya yang berwarna kuning lantaran warna merah merupakan hasil alami dari pemerasan merah delima yang dihasilkan sawit, apalagi minyak tersebut diolah tanpa melalui proses bleaching.

"Jadi kita kembali ke alam mengkonsumsi sawit yg lebih segar dan alamiah, otomatis keamanan pangannya jauh lebih tinggi, " jelas Tungkot.

Atasi Stunting, Per Kilo Lebih Murah

Tidak hanya itu, Tungkot mengungkapkan minyak makan merah juga memiliki banyak manfaat, seperti kandungan vitamin A dan E yang tinggi, mengatasi kelangkaan minyak di kalangan petani dan masyarakat sekitar kebun sawit, hingga mengatasi permasalahan stunting, terutama di wilayah pedesaan.

"Teknologi minyak makan merah adalah langkah jitu untuk memanen vitamin A dan E yang ada dalam sawit. Untuk apa? Untuk makan, untuk kesehatan, dan untuk menyelesaikan persoalan stunting kekurangan vitamin A dan E di masyarakat," imbuh Tungkot.

Rencananya, M3 akan dijual mulai 2023 dengan harga Rp 9.000 per liter. Harga lebih murah dibandingkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng curah yang mencapai Rp 14 ribu per liter.

#ecevit demirel (ede)





 
Top