BANDARLAMPUNG — Pameran Lukisan bertajuk “Dialog untuk Sumatra” resmi dibuka di Gedung Pamer Taman Budaya Lampung, Senin (22/12/2025). Pameran ini menjadi ruang ekspresi sekaligus kepedulian para perupa terhadap bencana alam yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra.

Pembukaan pameran dilakukan oleh Syafariah Widianti, yang akrab disapa Atu Ayi. Acara tersebut turut dihadiri perwakilan Polda Lampung, Kapolresta Bandar Lampung, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung yang diwakili Kepala Bidang Kebudayaan, Kepala Taman Budaya Lampung, serta perwakilan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Lampung.

Pameran Dialog untuk Sumatra tidak hanya menghadirkan karya seni rupa, tetapi juga diperkaya dengan pembacaan puisi oleh sastrawan Edy Samudra Kertagama. Dua puisi yang dibacakan, “Tangisan Baiduri” dan “Padamu Negeri: Bencana Tiga Kota”, menyuarakan luka, duka dan harapan masyarakat di tengah bencana. Suasana semakin kuat dengan pertunjukan performance art berjudul “Luluh Lantak” karya David.

Ketua pelaksana sekaligus kurator pameran, David, menjelaskan bahwa performance art tersebut merupakan narasi reflektif tentang penderitaan korban bencana di Sumatra. Melalui tubuh dan gerak, ia menggambarkan jatuhnya korban, minimnya kepedulian, hingga ketegaran masyarakat yang tetap bertahan meski bencana kerap luput dari sorotan nasional.

“Sumatra seolah tak pernah kehabisan cerita. Meski tidak selalu tercatat sebagai bencana nasional, masyarakatnya tetap berdiri tegar, menahan lapar dan penderitaan dengan hati yang bergetar,” tutur David.

Sementara itu, Syafariah Widianti mengapresiasi penyelenggaraan pameran tersebut. Menurutnya, pameran ini bukan sekadar ajang silaturahmi seni, melainkan sebuah gerakan kemanusiaan yang nyata.

“Pameran ini adalah bentuk kepedulian para seniman untuk membantu dan meringankan beban saudara-saudara kita yang terdampak bencana. Para perupa dari berbagai daerah menyatukan imajinasi dan gagasan, menghadirkan visual yang merekam keindahan budaya sekaligus keprihatinan kemanusiaan,” ujarnya.

Sesepuh seni rupa Lampung, Pulung Swandaru, menambahkan bahwa pameran ini merupakan wujud empati perupa Lampung terhadap bencana yang terjadi di berbagai wilayah Sumatra, seperti Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.

“Melalui pameran ini, kami para perupa Lampung ikut ambil bagian menggalang donasi sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian,” kata Pulung.

Melalui Dialog untuk Sumatra, para penyelenggara berharap masyarakat, kolektor, dan pecinta seni dapat merasakan kedalaman pesan karya-karya yang dipamerkan.

Tidak hanya sebagai bentuk apresiasi seni rupa, pameran ini juga menjadi penghormatan terhadap proses berkesenian dan ikhtiar para perupa untuk berkontribusi bagi kemanusiaan melalui penggalangan donasi bagi korban bencana di Sumatra.(*)





 
Top